Hai Aneuk Nanggroe

Tsunami Aceh

KAIRO--Gelombang dahsyat tsunami boleh saja memporakporandakan kota-kota pesisir Nangroe Aceh Darussalam (NAD), tapi tidak masjid Baiturrahman. Masjid yang telah berdiri sejak zaman keemasan Sultan Iskandar Muda, tetap kokoh meski gelombang pasang menghanyutkan ratusan ribu jiwa dan ribuan bangunan lainnya.
''Karena itu saya ingin memasyhurkan masjid-masjid Aceh di Eropa dan dunia. Masjid Aceh terbukti tangguh, tetap bertahan meski ditempa gempa dan tsunami,'' tutur pelukis Dipo Alam, ketika dihubungi di Galeri Yahia Tunis, Tunisia. Dipo Alam, yang juga mantan asisten Menko Perekonomian, menggelar pameran lukisan bertajuk Aceh dan Orientalisme: Le Tsunami vu par un peintre Indonesien di sejumlah negeri seperti Maroko, Tunisia, Ceko, dan Polandia.
Pameran seni ini menampilkan gambar-gambar masjid Aceh yang tetap kokoh kendati ditempa gempa berkekuatan 9,2 SR dan gelombang dahsyat yang menewaskan lebih dari 170 ribu jiwa. Sebanyak 49 lukisan tentang Aceh saat ini dipamerkan di Tunisia selama September ini.
Pameran yang dibuka oleh Duta Besar RI untuk Tunisia, Hertomo Reksodiputro, mendapat apresiasi luar biasa dari seniman setempat. Magnitude tsunami memang sangat besar, apalagi pameran itu di gelar di Galeri Yahia yang terletak di jantung kota Tunis. Galeri Yahia menyandang nama besar dan dikenal luas sebagai arena pameran seni rupa terkemuka Afrika Utara. Nama galeri tersebut diambil dari pelukis ternama Tunisia, Muhammad Yahia, yang masyhur pada era pra-kemerdekaan.
Dede Permadi, seorang mahasiswa Indonesia di Tunis, menyaksikan antusiasme warga kota Tunis untuk menikmasti pameran tersebut. ''Masyarakat Tunis antusias menikmati lukisan-lukisan itu, mereka kagum menyaksikan gambaran suasana masjid-masjid Aceh yang selamat dari tsunami,'' kata Dede. Tema masjid tsunami ini sangat menarik, sehingga banyak wartawan Tunis mengonfirmasi kepada kami dalam liputannya,'' ujar Dipo Alam
Masyhurkan masjidIde untuk melukis masjid terbetik ketika Dipo Alam mengunjungi Aceh pada 30 Desember 2004, empat hari setelah tragedi tsunami. Saat itu, Dipo menjabat sebagai Deputi Menko Perekonomian. ''Apa yang saya saksikan di sana, mengetuk nurani saya untuk berbuat sesuatu bagi kemanusiaan,'' paparnya.
Diakui Dipo bahwa cita-cita untuk memasyhurkan masjid Aceh terinpirasi oleh sosok Hokosai, seorang pelukis ternama Jepang abad ke-18 yang telah berhasil mempopulerkan gunung Fujiyama lewat 46 lukisannya. ''Kehebatan masjid Aceh harus dipopulerkan oleh kita, anak negeri sendiri,'' kata Dipo, yang juga pemilik Yayasan Bantu Pendidikan Anak-Anak Guru Korban di NAD ini.
Di antara ke-49 karya Dipo itu, ada lukisan seorang wanita Arab Maghribi yang duduk termenung, dengan latar belakang masjid Baiturahman. ''Lukisan wanita Timur sangat terkenal karena banyak jadi inspirasi bagi para pelukis Eropa abad pertengahan. Saya ingin mengembangkan popularitas masjid Raya Baiturahman dengan cara memanfaatkan popularitas lukisan wanita Arab Magribi ini,'' papar Dipo.
Lukisan lain berjudul Run Baby Run 1, menampilkan seorang bayi berlari menuju tiang masjid, untuk menjauhi gulungan ombak tsunami. Dipo juga melukis Presiden SBY di depan masjid Baiturahman, dikelilingi ribuan anak-anak keluarga korban tsunami.
Lukisan-lukisan Dipo ini pernah pula diikutkan dalam pameran di kota Ceska Lippa Republik Ceko dan di kota Rabat Maroko, pada Juni 2006 lalu. Pada November 2006, Dipo Alam berencana menggelar pameran serupa di Praha, Cheko, dan kemudian di Warsawa, Polandia. Dipo berharap lewat lukisan ia bisa membangkitkan kepedulian, bahwa tsunami adalah tragedi kemanusiaan yang pantas dikenang sepanjang masa. ''Saya ingin ada museum tsunami yang berlokasi di Aceh. Bukan di Jakarta atau di luar negeri,'' kata doktor lulusan George Washington University ini. ( )

No comments: